Mungkin sering anda mendengar jawaban pertanyaan di atas dari orang-orang sekitar anda : “Buat apa sih berpartai, kayak kurang kerjaan saja”. Orang berparte disebut orang mencari pekerjaan, mencari kesibukan yang bisa jadi tidak berguna sama sekali. Hanya cari keringat saja. Bagi orang-orang tertentu, berpartai seperti sebuah kebutuhan wajib. Mangan ora mangan kudu melu partai. Banyak sekali jawaban yang bisa diberikan, ketika seseorang ditanya : “mengapa kamu berpartai?”
Perilaku manusia ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah motif. Penjelasan yang umum dan mendasar diajukan adalah soal motif. Menurut William J Stanton (dalam Mangkunegara, 2002) mendefinisikan motif sebagai kebutuhan yang didorong dan diorientasikan pada tujuan seseorang. Jadi, motif adalah kebutuhan. Menurut teori motivasi, maka perilaku manusia selalu didasari atas kebutuhannya. Seperti halnya teori perilaku, maka teori motivasi juga banyak ragamnya, yang paling terkenal adalah teori kebutuhan dasar Maslow. Baginya tindakan seseorang kareno dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang bertingkat (hirarkis), yaitu kebutuhan fisik, keamanan, sosial, harga diri dan aktualisasi diri.
Dalam praktek politik, seseorang aktif dalam partai harus dipandang sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Bisa saja orang berpartai karena didesak dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti makanan, harta benda, seks dan lainnya. Motiv akan berbeda bagi mereka yang sudah merasa cukup dalam kebutuhan fisik, meningkat untuk memenuhi kebutuhan rasa aman. Apa yang sudah diperoleh, diharapkan aman-aman saja. Misalnya seorang pengusaha yang menginginkan perusahaannya tetap awet dan maju mengandalkan kegiatan partai (yang berkuasa). Selanjutnya adalah motiv kebutuhan sosial, dimana seseorang sudah ingin menjalin kebersamaan dengan orang. Jika dua kebutuhan pertama lebih cenderung individual (fisik dan aman), maka kebutuhan bersosialisasi menjadi dorongan berikutnya. Orang berpartai bisa ddidorong untuk mendapatkan relasi bisnis, untuk memasuki sebuah komunitas tertentu (yang jelas komunitas politik partai tertentu). Ditengah pergaulan sosial itulah kemudian manusia didorong oleh kebutuhan yang lebih tinggi lagi, yaitu harga diri. Bahwa setiap anggota dalam sebuah sistem sosial merasa dihargai dan diakui keberadaannya. Yang terakhir adalah aktualisasi diri. Kebutuhan ini adalah kebutuhan individual dan sosial bersamaan. Bahwa keberadaan (eksistensi) dan peran dalam sosial masyarakat seseorang perlu mendapat pengakuan. Tidak sekedar berkumpul/berjamaah dan sekedar diakui sebagai anggota jamaah, tetapi lebih dari itu, seseorang membutuhkan bahwa keberadaan dia memang mempunyai peran penting dalam jamaah/sosial.
Jika, Maslow memandang adanya hirarki (bertingkat) dalam memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi kita bisa menggunakannya secara bersamaan. Seseorang bisa saja dalam kegiataannya berpartai ingin memenuhi kebutuhan semuanya secara bersamaan, ingin tambah kaya, ingin nyaman kekayaannya, ingin mendapatkan banyak jaringan bisnis, ingin menjadi bagian penting dalam partai dan ingin diakui perannya dalam partai.
Pemahaman akan kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut dalam berpartai akan sangat membantu mereka para aktivis partai dalam mengelola konstituen. Politik adalah melayani atau memenuhi kebutuhan konstituen. Ketika masyarakat pemilih membutuhkan uang, maka dengan uang akan mudah mendapatkan suara. Ketika ada ancaman terhadap sekelompok orang, maka melindungi mereka adalah tindakan tepat dalam rangka menarik suara dukungannya.
Maka, kita akan mudah memahami, mengapa ketika ada sebuah kelompok atau organisasi yang kurang diterima masyarakat dan mempunyai prinsip berseberangan dengan banyak pihak atau bahkan peraturan, mereka mencari perilindungan kepada partai berkuasa, sebab mereka sangat membutuhkan rasa aman dan nyaman. Di pihak lain, partai (yang berkuasa) juga mendapat dukungan suara dari kelompok mereka. Dus, berpartai akan memberikan pelajaran kepada anda, bahwa di suatu waktu bisa menjadi lawan, di saat yang lain menjadi kawan. Maka benarlah adagium politik yang berbunyi : Tak ada kawan abadi, yang ada kepentingan/kebutuhan abadi”.
Bagaimana dengan anda?
(oleh: Ki Sururi Arrumbani )