Fartai Menyan Ferjuangan |
Takut Gus Dur Bakal Nasionalisasi Sumber Daya Alam.
Ada kekuatan besar dibalik perseteruan politik yang berujung penjatuhan KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur sebagai presiden.
Sebab, ketika menjabat, Gus Dur sangat tegas dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia.
Faktor itulah, yang menurut Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi menjadi penyebab lengsernya Presiden RI ke-3 itu.
"Gus Dur kan ingin menata Minerba kita. Gus Dur kan ingin renegosiasi Freeport," kata Adhie dalam diskusi bertajuk "Fakta Pelengseran Gus Dur Sebagai Presiden" di Wahid Institute, Matraman, Jakarta, Jumat (04/01/2013) malam.
Mantan Juru Bicara Gus Dur ini juga memberikan gambaran, bagaimana setelah tokoh NU ini lengser dari kekuasaannya, ada Undang-Undang yang bersifat liberalisasi terhadap Migas.
Kata Adhie, ini adalah fakta bahwa visi politik Gus Dur terkait Sumber Daya Alam tidak disenangi oleh berbagai pihak.
"Ada kekuatan besar yang merasa terganggu oleh visi politik Gus Dur," ujarnya.
Kelompok Orde Baru (Orba)
Kelompok Orde Baru (Orba) adalah salah satu pihak yang berkonstribusi dalam melengserkan KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur dari kursi kekuasaannya sebagai presiden.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh penulis Biografi Gus Dur, Greg Barton dalam diskusi bertajuk "Fakta Pelengseran Gus Dur Sebagai Presiden" di Wahid Institute, Matraman, Jakarta Selatan, Jumat (04/01/2013)
"Mereka merasa takut kalau Reformasi terus menerus berjalan akan menganggau kepentingan pribadi," kata Greg.
Greg menambahkan, sikap Gus Dur yang tidak kenal kompromistis merupakan ancaman bagi mereka. Bahkan, lanjutnya ada beberapa orang dari kelompok Orba yang benar-benar aktif dalam proses penjatuhan Gus Dur.
"Tapi saya tidak mau menyebut nama," ujarnya.
Selain itu, kata Greg pelaku ekonomi juga cukup berperan aktif dalam pelengseran Presiden RI ke-3 itu. Para ekonom pada saat itu beranggapan sumber ketidakstabilan politik Indonesia adalah sosok Gus Dur yang nyeleneh dan nyentrik, sehingga tidak ada kepastian untuk menjalankan investasi secara aman.
"Mereka (ekonom) punya naluri mencari kepastian. Mereka menggap kestidakstabilan ekonomi karena faktor Gus Dur," ujarnya.
Greg juga menyayangkan sikap para ekonom ini. Menurutnya, pada saat itu Indonesia masih dalam proses transisi dari Orde Baru ke era Reformasi.
"Mereka tidak melihat ini bagian dari transisi," pungkasnya. (Jakarta, Seruu.com)