Membongkar Proyek Menggergaji Sang Bunda
Rupanya panggung politik Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2013 masih diwarnai perilaku elitnya yang kotor dan tak santun. Akibatnya, kemajuan demokrasi Jawa Timur justru makin mundur kebelakang. Mereka ini hanya memaknai politik sebatas merebut kekuasaan dengan segala cara.
Semua yang bisa dibeli, ia beli. Semua yang bisa diajak kongkalikong, ia rangkul. Banyak partai dan elit politik yang sudah ia ‘kulak’ dukungannnya. Keinginannya hanya satu, yaitu menjadi orang nomer 1 di Jawa Timur. Seandainya diperbolehkan, ia pun ingin sendirian saja melenggang maju sebagai Calon Gubernur (Cagub) Jawa Timur 2013.
Namun sayang, libido konsumeris kulak partai tersebut terganjal dengan langkah seorang perempuan yang hendak maju kepanggung Jatim I. Padahal strategi kulak partai itu dimaksudkan agar si perempuan ini tak punya kendaraan politik. Padahal pula perempuan itulah yang paling ditakutinya.
Karenanya, untuk menghentikan langkah si perempuan tersebut menuju Jatim I, ia pun memakai cara jahat, ‘menggergaji’.
Biar tak kentara dan tak didengar publik, maka, penggergajian ini ia bungkus dengan rapi kedalam proyek politik yang sangat canggih.
Perempuan siapakah yang hendak ia gergaji itu? Publikpun sudah banyak yang tahu. Sudah jadi rahasia umum, kalau perempuan itu bernama Khofifah Indar Parawansa (KIP) atau biasa dipanggil bunda Khofifah oleh ibu-ibu Muslimat NU.
Mengapa bunda Kofifah harus digergaji? KH. M. Nurhasan, M.Hum (Wakil Ketua PCNU Jember atau biasa disapa mas Nur mengunggkapkan, bahwa bunda Khofifah merupakan rival berat bagi pasangan Karsa. Sehingga ia harus digergaji jalannya menuju Jatim 1.
Selain itu, Karsa trauma melawan bunda Khofifah tahun 2008 sampai tiga putaran. Dan bunda Khofifah-lah satu-satunya calon gubernur dari NU yang mempunyai basis sosial dan kultural yang sangat kuat di Jawa Timur.
Apa yang disampaikan KH. M. Nurhasan tersebut bukanlah isapan jempol belaka. Proyek penggergajian Sang Bunda melalui tangan KPU Jawa Timur telah terjadi sangat vulgar dimata publik bulan lalu.
Waktu itu, KPU Jawa Timur direkayasa seolah-olah dilematis, seolah-olah ada dukungan ganda partai pendukung bunda Khofifah, KPU Jatim seolah-olah taat pada peraturan pemilu, dan seola-olah sibuk memverikasi. Namun diakhir permainan, hasilnya bisa ditebak, KPU Jawa Timur menggergaji pasangan Khofifah-Herman dengan menyatakan tidak memenuhi syarat ( TMS) sebagai Calon Gubernur Jawa Timur.
Penggergajian oleh KPU Jawa Timur terhadap bunda Khofifah itu kemudian menyebar dan membuat gempar publik Jawa Timur. Simpati pun datang dari tokoh-tokoh nasional mapun dari akademisi di Jawa Timur.
Mantan Menteri Perekonomian era Presiden Indonesia KH Abdurahman Wahid, Rizal Ramli menyebut perilaku tak etis komisoner KPU Jawa Timur itu sungguh sangat memalukan. Sudah dua kali KPU Jawa Timur melakukan kecurangan pada bunda Khofifah. Pertama kali, mereka melakukan pada tahun 2008.
“Pelanggaran berat etika KPU Jawa Timur ini sungguh sangat memalukan. Saya berpesan kepada KPU Jawa Timur janganlah mengekspor kecurangan seperti ini lagi ke Propinsi lain. Ini sangat memalukan. Jawa Timur itu merupakan daerah maju kedua dari segi ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan. Tetapi kultur berdemokrasinya tidak menunjukkan kemajuannya,” ujar Rizal kepada sejumlah media online di Jakarta, Senin (29/7/2013).
Kegeraman serupa Rizal Ramli, juga dinyatakan oleh Adhie M. Massardi. Ketua Ininsitor Gerakan Masyarakat Sipil dan Mantan Jubir era Presiden Gus Dur ini menilai, cara KPU Jawa Timur yang mencoret pasangan Khofifah-Herman dari kontestasi Pilgub Jawa Timur tampak sangat vulgar dan sudah melampaui batas.
Menurut Adhie, kelakuan KPU ini sudah tak bisa ditoleransi lagi. Cara-cara KPU Jatim yang menceburkan dirinya kedalam kontestasi politik telah merusak masa depan demokrasi Jawa Timur.
Keterlibatan KPU Jawa Timur dalam kontestasi politik Pilgub Jatim 2013 juga memantik reaksi tokoh-tokoh akedemisi di Jawa Timur. Muhammad Hadi Makmur, Dosen Universitas Negeri Jember (Enej) sangat menyayangkan KPU Jawa Timur telah merubah fungsi dirinya sebagai wasit, menjadi partai politik baru dalam Pilgub Jatim 2013.
“Kasus dicoretnya pasangan Khofifah-herman menunjukkan KPU Jawa Timur gagal menjadi lembaga independen, netral, dan tak berpihak. Alasan dualisme dukungan partai pada Khofifah-Herman adalah alat permainan politiknya KPU. Dalam hal ini KPU Jawa Timur telah memerankan dirinya sebagai kekuatan partai politik baru diluar partai pengusung calon,” tegas Makmu dalam forum Kaukus Politik Akademisi untuk Pemilu Bersih, di Kaliurang-Jember, (15/72013).
KPU Jawa Timur yang telah berhasil menggergaji pasangan Khofifah-Herman itu banyak pihak meyakini bukan murni ulah komisionernya. Pastilah berkelindan dengan kepentingan yang lebih besar, yakni; kepentingan suara partai demokrat 2014 dan kepentingan kemenangan pasangan Karsa Jilid II.
Klik link... |
Lalu siapa sebenarnya otak dan aktor sejati penggergaji bunda Khofifah?
Adhie Massardi menuding, penjegalan bunda Khofifah oleh KPU Jatim diatas merupakan bagian dari sekenario besarnya Partai Demokrat. Pasca kekalahan Demokrat di propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan terakhir di Jawa Tengah, SBY tak ingin calon Gubernurnya di Jawa Timur lepas. Dalam hal ini Soekarwo sebagai Ketua Partai Demokrat di Jawa Timur, harus mengamankan suara demokrat dan Karsa jilid II harus menang dalam Pilgub Jatim 2013.
“Ketika menerima pengaduan dari tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Muzadi, bahwa pasangan Khofifah-Herman sedang dizalimi KPU Jatim dan pasangan petahana (Karwo-Saiful) dukungan Partai Demokrat pimpinan Presiden Yudhoyono, saya menduga itu hanya manuver kubu Partai Demokrat untuk mencuri waktu guna menghambat laju konsolidasi pasangan yang didukung PKB dan jaringan NU kultural itu,” ungkap Adhie, seperti yang diberitakan republika.co.id di Jakarta, Senin (15/7/2013.
Penggergajian politik (pendholiman politik) pada bunda Khofifah oleh Soekarwo, sangat terang diungkap oleh KH. Hasyim Muzadi. Kepada sejumlah media nasional, Mantan Ketua Umum PBNU ini mengungkap Gubernur Jawa Timur Soekarwo adalah tokoh utama dibalik upaya penjegalan bunda Khofifah.
Menurut Hasyim Muzadi, penjegalan itu merupakan kejahatan politik Soekarwo pada bunda Khofifah yang kedua kalinya. Pada Pilgub 2008 lalu, bunda Khofifah sebenarnya telah tampil sebagai pemenang. Namun, karena kecurangan yang terjadi secara massif, bunda Khofifah akhirnya kalah.
“Ini bentuk kejahatan Politik Soekarwo. Ini bukan pertama kali, dulu sudah dilakukan pada Pilgub Jatim 2008. Untuk mengetahuinya, tinggal mengecek saja ke mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin, pasti mengetahui cara kecurangannya,” jelas Hasyim Muzadi.
Selanjutnya Hasyim Muzadi menambahkan, untuk membongkar sekenario penjegalan bunda Khofifah tidaklah sulit. Penjegalan itu dimulai dari rekayasa dukungan ganda yang diberikan oleh Partai Kedaulatan (PK) dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI).
Awalnya partai-partai kecil pendukung bunda Khofifah ada lima. Tetapi kemudian oleh Soekarwo dua partai PK dan PPNUI digergaji.
“Karwo itu pingin dua partai pindah atau mencabut dukungan supaya Khofifah tidak bisa masuk atau lolos dalam Pilgub Jatim” kata Hasyim Muzadi seusai acara Sarasehan Membumikan Pancasila di Gedung Soetardjo Unej Jember, (15/5/2013).
Membongkar sekenario penggergajian politik bunda Khofifah yang dimainkan Soekarwo, seperti yang dinyatakan KH. Hasyim Muzadi tersebut, memang tidaklah sulit.
Mula-mula Soekarwo melakukan aksi kulak partai. Semua partai yang ada di Jawa Timur dia borong. Kecuali, PDIP yang mengusung calonnya sendiri dan PKB beserta 5 partai kecil yang mengusung pasangan Khofifah-Herman. Total jumlah partai yang berhasil di kulak Soekarwo ada 22 partai.
Aksi borong partai ini, sejatinya ditujukan demi menghadang bunda Khofifah agar tak punya kendaraan politik. Bahkan partai PKB yang sejak awal memasang bunda Khofifah, masih dirayu-rayu oleh Karsa untuk ikut diborongnya.
Namun demikan, aksi kulak partai ternyata gagal menghadang bunda Khofifah maju sebagai Cagub Jawa Timur.
Bunda Khofifah bersama pasangannya Herman S Sumawireja (Berkah) dan 6 partai pengusungnya PKB, PKPB, PKPI, PPNUI, PMB, PK, PPN, berhasil mendaftar ke KPU Jawa Timur pada tanggal 14 juni 2013.
Kegagalan sekenario Soekarwo menghada bunda, tak membuatnya menyerah. Sekenario berikutnya yang ia mainkan, menggergaji partai kecil pengusung bunda Khofifah.
Kebetulan jumlah prosentasi dukungan dari 6 partai pendukung bunda Khofifah untuk memenuhi persyaratan lolos hanyalah 15, 55 persen. Rinciannya, PKB 12,26 persen, PKBP 1,48 persen, PKPI 0,87 persen, PPNUI 0,24 persen, Partai Kedaulatan 0,50 persen, dan PMB 0,20 persen. Jika di gergaji 2 partai saja, maka bunda Khofifah dipastikan takkan bisa lolos.
Berbekal tanda tangan palsu ketua umum PPNUI, Andi William Irfan Sekjen PPNUI dan Sekjen PK bersama Soekarwo hari itu (19 Juni 2013) menyerahkan surat dukungan palsunya ke KPU Jawa Timur.
Dengan adanya dua dukungan asli dan dukungan palsu tersebut, lalu, bagaimana KPU Jawa Timur menyikapinya?
KPU Jawa Timur sebagai perpanjangan tangan Soekarwo, bersikap seolah-olah netral dan tak berpihak. Semua dukungan dari partai PPNUI dan PK, baik yang asli maupun palsu ia terima. Dan opini digiring kearah dualiesme partai pengusung bunda Khofifah.
Sekenario permainan yang diinginkan KPU adalah bunda Khofifah tak sampai mengantongi modal suara 15 persen.
Walau kedua parpol itu memiliki suara minim, bagi bunda Khofifah yang hanya didukung PKB sangatlah berarti. Total suara PK dan PPNUI berjumlah 0,79 persen, sehingga bila dikurangi dua Parpol pasangan tersebut hanya memiliki modal 14,81 persen suara, sementara syarat minimal yang harus dipenuhi sebagai calon adalah 15 persen.
Singkat cerita, opini publik yang digulirkan KPU Jawa Timur berhasil. Sehingga dengan memudah mereka membuat pernyataan, dukungan parpol PK dan PPNUI kepada Karsa, juga sah!
Untuk memperkuat posisinya sebagai lembaga independen, KPU Jawa Timur bersikap seolah-olah profesional memverifikasi surat dukungan kedua partai kecil itu. Mereka seolah olah dibuat sibuk mengurus dualisme dukungan yang sah dan tidak sah sampai ke Jakarta. Padahal, akhirnya publik tahu, mereka tidak benar-benar mengurusnya di Jakarta.
Kesuksesan KPU Jawa Timur mengolah kepalsuan menjadi opini ‘dualisme parta pendukung Khofifah,’ dengan tegas ditampik oleh bunda Khofifah. Menurutnya, tidak ada dualisme partai PK dan PPNUI. Yang benar adalah adanya dokumen yang asli dan yang palsu. Dan dokumen yang asli adalah dukungan pada Berkah.
Tapi apalah daya sanggahan bunda Khofifah bila dibandingkan dengan kdholiman Soekarwo yang sudah sistematis dan dimanajemen dengan sempurna oleh KPU Jawa Timur. Walhasil, proyek penggergajian sang Bunda melalui tangan KPU Jawa Timur pun berjalan sukses!
Pada hari minggu, pukuk 23. 55 (14/7/2013) dengan dijaga ratusan aparat keamanan, KPU Jawa Timur mengumumkan pada publik, pasangan Khofifah-Herman dinyatakan tidak lolos sebagai kontestan Calon Gubernur Jawa Timur 2013.
Demikianlah akhir drama proyek penggergajian politik pada bunda Khofifah oleh Soekarwo. Bisa dikata cukup sukses dan sempurna. Namun Soekarwo lupa, bahwa bunda Khofifah masih punya Allah yang akan selalu melindungi ummatnya dari aniaya.
Soekarwo boleh dan sangat bisa membeli semua dukungan partai. Dan sangat bisa sekali menyetir KPU Jawa Timur, tetapi, dia tidak bisa membeli kebenaran dan takkan pernah bisa membeli suara Tuhan.
Atas aniaya yang dialami bunda Khofifah itu, Allah tidak sare (tidur). Melalui keputusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), gugatan bunda Khofifah dikabulkan. Selain memecata 3 anggota Komisioner KPU Jawa Timur, DKPP juga memerintahkan KPU Pusat memulihkan hak konstitusional pasangan Khofifah-Herman (Berkah). Dan pada malam itu juga, KPU pusat menindaklanjutinya dengan memutuskan pasangan ‘Berkah’ lolos sebagai Cagub Jawa Timur dengan nomer urut 4. (Sumber)